Sabtu, 31 Desember 2011

1. Peranan Hutan dalam Perubahan Iklim Global.


     1.1. Perubahan Iklim
      Perubahan iklim adalah setiap perubahan nyata yang dapat diukur faktor iklimnya (seperti temperatur atau tingkat penguapan) dalam setiap periode waktu (contohnya setiap satu dekade). Terjadinya perubahan iklim telah banyak dibuktikan secara ilmiah. Musim kemarau yang semakin panjang serta musim penghujan yang relative pendek dengan itensitas hujan yang tinggi merupakan bukti nyata adanya perubahan iklim.
    Hal ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia seperti kekeringan yang berkepanjangan, gagal panen, krisis pangan, air bersih, pemanasan muka laut serata banjir dan longsor. Dampak dari perubahan iklim akan sangat dirasakan Negara berkembang yang paling menderita karena tidak mampu membangun struktur untuk beradaptasi, walaupun Negara maju juga merasakan dampak perubahan iklim.
1.2. Penebab Perubahan Iklim
      Ketika bumi menerima panas dari matahari, secara alami sebagian panas akan terperangkap di atmosfir akibat adanya beberapa jenis gas. Gas-gas yang menangkap panas tersebut dikenal sebagai gas rumah kaca (GRK) karena cara kerjanya mirip rumah kaca (greenhouse), dimana suhu di dalamnya diatur agar cukup hangat sehingga tanaman dapat tumbuh. Terperangkap panas oleh gas-gas di atmosfir dikenal istilah ‘efek rumah kaca’.

      Sebenarnya efek rumah kaca diperlukan agar permukaan bumi cukup hangat untuk didiami. Sayangnya, aktivitas manusia membuat kosentrasi GRK semakin tinggi dan menyebabkan suhu permukaan bumi semakin panas sehingga terjadinya perubhan iklim. Emisi (gas yang dikeluarkan) dari pembangkit listrik dan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara, merupakan sumber utama karbondioksida (CO2). Gas ini merupakan GRK yang memiliki pengaruh yang cukup terbesar terhadap terjadinya perubahan iklim. Karbondioksida juga terkandung dalam jumlah besar pada pohon sehingga kebakaran dan penebangan hutan menyebabkan meningkatnya kosentrasi GRK. Panas matahari yang jatuh ke permukaan bumi sebagian dilepaskan kembali ke udara di atas permukaan tersebut. Artinya makin banyak panas yang jatuh maka makin banyak pula panas yang dilepaskan sehingga suhu udara di tempat tersebut pun menjadi bertambah pula. Ada 6 jenis GRK penting yang menyumbang terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim yaitu CO2 (karbondioksida penyumbang terbesar pemanasan global), N2O (nitrogen oksida), CH4 (metan), HFCs (hydrofluorocarbons), PFCs (perfluorocarbons), dan SF6 (sulphur hexafluorida). Pemakaian pupuk buatan pada pertaniaan menghasilkan N2O.

      selain itu, pembusukan pakan ternak, kotoran hewan, dan sampah organik akan melepas gas metana (CH4). Proses serupa terjadi pada tanah tergenang air seperti daerah rawa dan persawahan. Hal-hal tersebut menunjukan bahwa peternakan, sawah, dan tempat pembuangan sampah ikut meningkatkan GRK. Beberapa kegiatan lain menghasilkan GRK yang menyerap panas dengan kekuatan sangat tinggi walaupun kosentrasinya sangat rendah. Penggunaan beberapa jenis gas untuk Freon AC dan campuran produk kaleng semprot serta proses produksi beberapa industri, terutama peralatan listrik, juga menghasilkan GRK. Fakta menunjukan bahwa industri di Negara maju telah menyumbang emisi GRK sebesar 70%, yang berasal dari sektor energy, transportasi, industri, bangunan dan energi lainnya. Sedangkan emesi yang dihasilkan Negara berkembang hanya 30%. Ini lebih banyak berasal dari sektor non-energi seperti sampah, pertanian dan penggunaan lahan, termasuk penebangan hutan.

1.3. Sektor-sektor yang menyumbangkan emisi GRK

      Sektor yang menyumbangkan emisi (pembuangan) GRK terbesar 70%, yang berasal dari sektor energi : 25.9 % (energi yang menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan lain-lain.). kemudian disusul dengan sektor industri : 19.14 %. Berikutnya adalah sektor kehutanan : 17.4 %, sektor pertanian sebesar 13.5 %, sektor transportasi : 13.1 %, kegiatan pemukiman : 7.9 % dan terakhir limbah sebesar 2.8 %. Sektor kehutanan merupakan salah satu sumber pengemisi Gas Rumah Kaca yang cukup besar yaitu menyumbang 17-25 % dari emisi Gas Rumah Kaca global. Sekitar 75 % dari emisi ini berasal dari Negara tropis dan umumnya merupakan hasil dari konversi hutan ke pegunungan lain (deforestasi) dan degradasi hutan.  Akan tetapi, keberadaan hutan dalam konteks perubahan iklim global dapat berperan baik sebagai penyerap dan penyimpan karbon (carbon sink) maupun sebagai sumber emisi. Mengenai hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di halaman-halaman berikutnya.

1.4. Dampak Perubahan iklim pada Kehidupan dimasa mendatang

   Dampak perubahan iklim akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan contohnya antara lain :
1.      Perubahan iklim dan cuaca akibat peningkatan suhu sejak tahun 1990, suhu rata-rata tahunan meningkat sekitar 0.3 derajat celcius. Akibatnya adalah peningkatan itensitas curah hujan, yang sudah tentu meningkatkan resiko banjir secara signifikan, kenaikan permukaan air laut, yang akan menggenangi daerah produktif pantai. Mempengaruhi pertanian dan penghidupan pantai termasuk pertambakan ikan dan udang, produksi padi dan jagung.
2.      Ancaman terhadap keamanan pangan sebagai akibat perubahan iklim pada bidang pertanian.
3.      Pengaruh terhadap kesehatan manusia, merebaknya penyakit yang berkembang biak lewat air dan vector seperti malaria  dan deman berdarah.
4.      Menurunya qualitas dan quantitas air, jumlah persedian air akan berkurang akibat musim kering berkepanjangan, yang akan berpengaruh terhadap produksi pertanian.
5.      Berkurangnya keanekaragaman hayati karena diperkirakan 20-30% jenis-jenis tanaman dan hewan akan langka karna dampak kenaikan temperature global
1.5. Peranan hutan sebagai penyimpan dan pengemisi GRK
     Emisi GRK yang terjadi di sektor kehutanan di Indonesia bersumber dari deforestasi (konversi hutan untuk penggunaan lain seperti pertanian, perkebunan, permukiman, pertambangan prasarana wilayah) dan degradasi (penurunan kualitas hutan) akibat illegal logging, kebakaran, over cutting, perladangan berpindah dan perambahan.
      Semuntara itu, vegetasi dan tanah menyimpan kurang lebih 7.500 Gt CO2 (> 2 x CO2 di atmosfir). Hutan menyimpan – 4.500 CO2 (> CO2 di atmosfir). Deforestasi mengemisi sekitar 8 Gt CO2 per tahun (WRI, 2002). Apabila diforestasi merupakan 17-18 % dari masalah (emisi GRK), maka bila kita melakukan pencegahan atau pengurangan  deforestasi dapat menjadi 17-18 % dari solusi pula ini juga jadi peluang REDD (peluang mendapatkan dana dari skema Reduce Emission from deforestation and forest degradation).

      Jumlah karbon yang dapat diserap hutan sangat tergantung dari jenis/tipe dan karakterlistik hutan. Hutan tropis dapat menyimpan karbon sekitar 40 % dari hutan dunia. Tegakan di hutan tropis dapat menahan karbon sekitar 50 % lebih besar dari kapasitas tegakan di luar hutan tropis. Itulah sebabnya di hutan tropis memainkan peranan penting dalam menstabilkan GRK karena kapasitasnya yang besar dalam menyimpan  dan menyerap karbon, dan juga dalam melepas karbon, dan juga melepas karbon akibat kegiatan deforestasi maupun degradasi hutan yang dijelaskan tadi. Karena peranan hutan begitu penting dalam stabilisasi GRK dan pembangunan berkelanjutan, maka marilah kita kenali apa yang dimaksud dengan hutan dan berbagai jenis hutan.