Sabtu, 31 Desember 2011

Deforestasi sebagai Sumber Emisi


        Dalam beberapa dasawarsa terakhir, Indonesia dikenal memiliki angka tinggi dalam hal  deforestasi, pembalakan liar, kebakaran hutan, dan konversi lahan gambut.  Semua ini menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang tinggi.  Angka emisi yang tepat tidak pasti dan masih diperdebatkan karena banyaknya faktor yang harus diukur atau diperkirakan untuk mengembangkan angka estimasi emisi yang tepat (misalnya, waktu/tingkat keparahan kebakaran, kedalaman/penurunan permukaan gambut, deforestasi atau degradasi, persediaan karbon dari jenis hutan yang berbeda-beda).

      Estimasi mengenai emisi GRK dari hutan Indonesia menjadi pusat perhatian kembali  dalam konteks perdebatan mengenai perubahan iklim global. Tetapi, manajemen dan tata kelola kehutanan yang berkelanjutan telah lama menjadi perhatian di Indonesia, demikian halnya laju konversi hutan dan lahan gambut menjadi perkebunan dan untuk penggunaan yang lain. Isuisu ini sudah lama menjadi pokok kajian-kajian dan debat bertahun-tahun lamanya (lihat Bank Dunia et al., 2006 untuk tinjauan umum dari isu-isu sektor kehutanan).
      Perubahan iklim dan fokus pada emisi karbon memberi alasan lain untuk meningkatkan perhatian terhadap kebijakan dan manajemen isu-isu tersebut, khususnya karena isu-isu tersebut memiliki potensi untuk  membuka peluang sampai US$1 milyar dalam bentuk pembayaran untuk pelestarian hutan yang tersisa.  Emisi GRK hanya merupakan salah satu indikator dari isu-isu mendasar dari manajemen kehutanan yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan proyeksi lingkungan hidup, sebagaimana dicerminkan dalam fokus pembangunan nasional tentang  “prorakyat miskin, pro-pekerjaan, pro-pertumbuhan.” 

      Belum lama ini, data dan analisis (dikutip dalam Dephut, 2008) menunjukkan penurunan dalam laju deforestasi. Gambar 3.9 membandingkan rata-rata kawasan yang mengalami deforestasi selama periode yang berbeda-beda, berdasarkan waktu informasi satelit dikumpulkan oleh berbagai organisasi yang berbeda.  Periode yang terkini, sejak tahun 2000, menunjukkan indikasi yang jelas bahwa deforestasi mengalami penurunan. Laju saat ini mungkin hanya sepertiga dari laju rata-rata yang diperkirakan pada tahun 1990-an.
       Data ini dari analisis hasil pemetaan (lihat juga gambar di bawah) yang dikembangkan dengan menggunakan citra yang lebih canggih dan rinci dari sistem satelit yang baru  (Hansen et al., 2007).  Hasil-hasil ini bergantung pada defi nisi hutan dan interpretasi tutupan lahan, tetapi ada indikasi yang jelas bahwa deforestasi mulai menurun dalam tahun-tahun belakangan ini. Selama periode krisis moneter dan desentralisasi (1997-2000) di Indonesia, kebanyakan analis percaya bahwa deforestasi sedang meningkat (Bank Dunia et al., 2006). Data ini menunjukkan hal yang sama dengan pendapat tersebut, tetapi juga menunjukkan bahwa pada tahun-tahun belakangan ini, laju deforestasi mungkin hanya sepertiga atau kurang dari laju rata-rata pada akhir tahun 1990-an.